Karakter
Wynne dan Walberg (1984) mendefinisikan karakter merupakan
mengembangkan nilai-nilai moral yang sesuai dengan perilaku atau kata - kata. Sedangkan
menurut Pritchard (1988), karakter adalah sesuatu yang relatif menetap dan
kompeks tentang kualitas individu seseorang, dan pada umumnya karakter ini
berkonotasi positif ketika dipakai dalam perbincangan mengenai pendidikan
moral. Perkembangan karakter merupakan hasil perpaduan dari suatu proses formal
pendidikan sepanjang hidup dan pendididan informal (Stoll dan Beller, 2000),
dan karakter terbentuk dari hubungan tiga dimensi yang saling terkait, yaitu: pengetahuan,
nilai, dan sesuatu tindakan yang benar (Lickona, 1989).
Dua batasan tersebut merupakan contoh pengertian karakter yang bersifat
normatif. Dalam tataran praktis, istilah karakter sering muncul dalam berbagai
literatur, surat kabar, media elektronik serta berbagai ungkapan dari pelatih,
orang tua, dan masyarakat pada umumnya. Pengertian dalam konteks itu lebih
menekankan karakter ditinjauan dari pengertian sosial daripada tinjauan yang
bermakna moral. Arnold (1999), mengatakan bahwa karakter dalam terminologi
nilai sosial mencakup aspek-aspek kerjasama tim, loyalitas, pengorbanan diri,
etika kerja, dan ketekunan yang dinamakan sebagai “karakter sosial”. Sedangkan
nilai moral yang disebut sebagai “karakter moral” mencakup aspek-espek
kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Dua perbedaan istilah tersebut berlaku
dalam konteks olahraga. Lumpkin, Stoll dan Beller (2002), mengatakan bahwa
nilai-nilai karakter sosial itu mencakup loyalitas, dedikasi, pengorbanan, kerjasama
tim, dan warga yang baik. Sedangkan karakter moral mencakup aspek-aspek nilai
kejujuran, keadilan, tindakan yang wajar terhadap orang lain, adil, dan
tanggung jawab. Jika dicermati maka faktor-faktor yang terkait dengan masalah
karakter (sosial maupun moral) seperti, kerjasama tim, menjadi warga yang baik,
kejujuran, keadilan, tindakan yang wajar terhadap orang lain, dan tanggung
jawab merupakan aspek-aspek yang dapat dikembangkan melalui olahraga. Namun
demikian menurut Lumpkin, Stoll dan Beller (2002) olahraga lebih berdimensi
nilai sosial, maka perkembangan karakter melalui olahraga dapat membantu atlet
lebih memahami makna nilai – nilai sosial daripada nilai – nilai moral dan
tindakan mereka diatas nilai moral.
Penelitian dalam aspek kepribadian merupakan bagian yang lebih
umum dari karakter menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kepribadian antara
cabang olahraga pegulat, perenang, pemain baseball, pemain bolabasket dan
pemain football (H. Slusher dalam Singgih, 1989). Sejalan dengan ini, Singer
(dalam Cox, 2002) mengatakan bahwa berdasarkan observasi yang dilakukan
terhadap pemain baseball (olahraga tim) dalam beberapa aspek kepribadian berbeda
dengan pemain tennis (olahraga individual).
How do I make money? - How to make money and earn money online
BalasHapusA real money 샌즈카지노 casino is not the easiest way to make งานออนไลน์ money. The idea is to make money online and make money 카지노 in order to win. It is a great way to